Aku menemukan diriku kembali, di sudut cermin, terduduk dipojok, penuh luka. Tahukah? Aku bahagia. Karna sebelumnya ku tak apa, tapi aku tak mempunyai diriku.
Sekarang, setelah bertemu, kurangkul ia, dengan sisa-sisa kekuatan paska pertempuran kemarin, saat aku hancur.
Darimanakah kekuatan itu? Ya, dari kamu. Kamu yang tak pernah tau seberapa besar arti senyummu untukku, kamu yang tak pernah tau, bahwa karnamu lagi aku berani untuk bertempur kembali.
Lalu apakah aku akan menyerah dalam pertempuran yang belum dimulai? Hanya karna ada satu lagi simalakama? Ketahuilah, jangankan simalakama, bahkan aku akan mendebat Tuhan jika sudah pasti kau bukan untukku. Katakanlah aku egois, memang. Aku berjuang untuk hal yang menurutku pantas diperjuangkan.
Aku bukan pemaksa yang hebat, lebih pecundang lagi saat harus menerima sesuatu yang bukan inginku. Maka dari itu, tolonglah, ajari aku untuk menerimamu, atau setidaknya melepasmu tanpa tangisan.